Tentang Pendiri Observatorium Bosscha

Indonesia memepunyai observatorium terbesar di Asia Tenggara yaitu observatorium Bosscha. Observatorium tertua di tanah air ini dibangun tahun 1923 dan selesai tahun 1928. Teropong yang dipergunakan di observatorium Bosscha merupakan teleskop yang paling canggih pada waktu itu yang dibeli langsung dari Jerman yaitu Teleskop Refraktor Ganda Zeiss dan Teleskop Refraktor Bamberg.

Pendirian observatorium Bosscha oleh Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV) atau Perhimpunan Bintang Hindia Belanda tidak bisa dipisahkan dengan tokoh yang bernama  Karel Albert Rudolf Bosscha dan Dr. J. Voute. Keduanya ini merupakan perintis berdirinya observatorium Bosscha yang hingga kini masih berdiri dengan kokoh dan berfungsi dengan baik. Ketika rapat NISV, Bosscha bersedia sebagai penyandang dana utama. Beliau adalah seorang Belanda pemilik perkebunan teh Malabar, dimana pada waktu itu perkebunan ini merupakan penghasil teh terbaik, 90 % teh hasil perkebunan ini untuk pasar ekpor ke luar negeri. Sebelum dikenal kini dengan nama Observatorium Bosscha dulu bernama Bosscha Sterrenwacht. Tanggal 17 Oktober 1951 NISV menyerahkan Observatorium Bosscha ke pemerintah,


Tentang Karel Albert Rudolf Bosscha

Tiba di Indonesia (dulu Hindia Belanda) tahun 1887 saat berusia sekitar 22 tahun. Bosscha muda diminta oleh pamannya, Edward Julius Kerkhoven untuk membantu mengurus perkebunan teh di daerah Sukabumi. Seiring berjalannya waktu Bosscha semakin mencintai dunia perkebunan di Indonesia, akhirnya tahun 1896 mendirikan perkebunan teh di daerah Malabar. Perkebunan teh yang dikelolanya berkembang pesat dengan produk teh nomor wahid yang diakui oleh dunia. Atas kesuksesannya dalam perkebunan teh, publik pada waktu itu menjuluki Bosscha sebagai "Raja Teh Priangan".

artikel tentang Bosscha

Kesuksesan Bosscha dalam bisnis perkebunan teh tidak melupakan kesejahteraan para pekerja diperkebunannya. Bosscha mendirikan bedeng atau rumah-sederhana yang layak huni untuk pekerjanya dan sekolah gratis yang diperuntukan untuk kaum pribumi dan pekerja-pekerja diperkebunanya agar bisa membaca dan menulis. Booscha juga cukup ikut berpartisipasi dalam pembangunan Technische Hogeschool Bandung yang kelak dikemudian hari menjadi ITB.

Atas kedermawanannya pemerintah kota Bandung pada waktu itu menganugerahkan Karel Albert Rudolf Bosscha sebagai Warga Utama Kota Bandung. Bosscha tutup usia tanggal 26 Nopember 1926 dan dimakamkan di area perkebunnya yang kini dijadikan Cagar Alam Malabar. sesuai permintaan terakhirnya yang dikirim via telegram ke Belanda sebelum meninggal.

Ayo siapa yang sudah mengunjungi observatorium Bosscha..?


Dhira

Hi,

Posting Komentar

To Top